Sunday, November 24, 2013

Sejarah dan Perkembangan Music Jazz di Kaum Remaja



Sejarah dan Perkembangan Music Jazz di Kaum Remaja
Jazz adalah jenis musik yang tumbuh dari penggabungan blues, ragtime, dan musik Eropa, terutama musik band. Beberapa subgenre jazz adalah Dixieland, swing, bebop, hard bop, cool jazz, free jazz, jazz fusion, smooth jazz, dan CafJazz.Jazz adalah aliran musik yang berasal dari Amerika Serikat pada awal abad ke-20 dengan akar-akar dari musik Afrika dan Eropa.Musik jazz banyak menggunakan instrumen gitar, trombon, piano, terompet, dan saksofon. Salah satu elemen penting dalam jazz adalah sinkopasi.

 Yang menarik adalah bahwa asal kata “jazz” berasal dari sebuah istilah vulgar yang digunakan untuk aksi seksual. Sebagian irama dalam musik jazz pernah diasosiasikan dengan rumah-rumah bordil dan perempuan-perempuan dengan reputasi yang kurang baik. Dalam perjalanannya kemudian, jazz akhirnya menjadi bentuk seni musik, baik dalam komposisi tertentu maupun improvisasi, yang merefleksikan melodi-melodi secara spontan. Musisi jazz biasanya mengekspresikan perasaannya yang tak mudah dijelaskan, karena musik ini harus dirasakan dalam hati. “Kalau kau menanyakannya, kau tak akan pernah tahu” begitu menurut Louis Armstrong.

Legenda jazz dimulai di New Orleans dan berkembang ke Sungai Mississippi, Memphis, St. Louis, dan akhirnya Chicago. Tentu saja musik jazz dipengaruhi oleh musik yang ada di New Orleans, tribal drums Afrika dan struktur musik ala Eropa. Latar belakang jazz tidak dapat dilepaskan dari fakta di mana jazz dipengaruhi berbagai musik seperti musik spiritual, cakewalks, ragtime dan blues. Salah satu legenda jazz yang dipercaya bahwa sekitar 1891, seorang pemilik kedai cukur rambut di New Orleans bernama Buddy Bolden meniup cornet-nya dan saat itu lah musik jazz dimulai sebagai gebrakan baru di dunia musik. Setengah abad kemudian, musik jazz di Amerika memberi banyak kontribusi di dunia musik, dipelajari di universitas, dan akhirnya menjadi sebuah aliran musik yang serius dan diperhitungkan.

Musik jazz sebagai seni yang populer mulai menyebar ke hampir semua masyarakat Amerika pada tahun 1920-an (dikenal sebagai Jazz Age). Jazz semakin marak di era swing pada akhir 1930-an, dan mencapai puncaknya di akhir 1950-an sebagai jazz modern. Di awal tahun 20-an dan 30-an, “jazz” telah menjadi sebuah kata yang dikenal umum.

Pengaruh dan perkembangan musik blues tidak dapat ditinggalkan saat membahas musik jazz di tahun-tahun awal perkembangannya. Ekspresi yang memancar saat memainkan musik blues sangat sesuai dengan gaya musik jazz. Kemampuan untuk memainkan musik blues menjadi standar bagi semua musisi jazz, terutama untuk digunakan dalam berimprovisasi dan ber-jam session. Musik blues sendiri, yang berasal dari daerah Selatan, memiliki sejarah yang sangat luas. Pemain musik blues biasanya menggunakan gitar, piano, harmonika, atau bermain bersama dalam kelompok yang memainkan alat-alat musik buatan sendiri.

Sejarah dan Perkembangan Music Jazz di Kaum Remaja
Awal mula musik Jazz

Dari berbagai artikel dan tulisan yang ditelusuri, amat susah untuk mendefenisikan secara baku, arti kata jazz itu sendiri. Namun dari berbagai tulisan mengenai sejarah dan perkembangan musik dunia, kata jazz adalah bahasa “slang” daerah pinggiran pantai barat Amerika Serikat dan untuk pertama kalinya dipakai secara resmi penggunaan istilah musik jazz ini pada tahun 1915 di Chicago.
Musik jazz adalah musik tradisional Amerika Serikat yang dikembangan oleh warga Afro-American di Amerika Selatan yang dimulai pada akhir abad 19 dan awal abad ke-20. Lahirnya musik Jazz dipercaya sebagai perpaduan music Eropa dan Afrika.
Musik Afrika memberikan pengaruh dalam jazz berupa ritme yang terus menerus, pergerakan, dan permainan emosi yang sangat menyokong jazz dengan baik. Sedangkan musik Eropa lebih mempengaruhi dalam hal kualitas musikal yaitu menyinggung harmoni dan melodi. Sehingga gabungan dari kedua tradisi ini menghasilkan suatu musik yang bermain dalam suatu meteran dan me-reinterpretasi-kan penggunaan nada-nada dalam kombinasi baru, menciptakan nada-nada biru yang mengekspresikan perasaan, baik sedih maupun ceria. Teriakan peladang/budak dikombinasikan dengan bunyi-bunyi style musisi New Orleans, menghasilkan suatu jenis musik baru. Musik Gospel dari gereja menyatu dengan yang dikenal pada abad 20 sebagai “blues” , menawarkan bumbu vokal yang diterjemahkan dengan baik ke dalam instrumen.
Untuk memahami sejarah dan perkembangan musik jazz, ada baiknya saya membaginya dalam beberapa fase/era. Dari fase Dixieland dan Ragtime pada awalnya, kemudian era swing dan bigband (1930-1940), era bebop (pertengahan 1940), latin jazz (1950-1960an), jazz rock atau fusion (1970-an) dan perkembangan terakhir yang melahirkan fase dan era baru seperti acid jazz, funk jazz, cross music dan sebagainya.
Era Dixieland dan Ragtime
Ragtime menjadi unik karena tidak menyertakan improvisasi dan hawa blues. Hal ini adalah sebuah pengaruh dari bentuk asal jazz, berlangsung selama sekitar 15 tahun pertama di abad 20. Umumnya sebuah musik untuk piano yang telah ditulis secara keseluruhan dapat ditampilkan oleh orkestra dan mewakilkan campuran dari pengaruh klasik dan marching band. Coba Anda dengarkan musik dari Scott Joplin untuk mencicipi ragtime.
Dixieland adalah sebuah style yang dapat dianggap sebagai suatu varian dari jazz klasik dan jazz New Orleans. Akar asli dari dixieland sebagai bentuk musikal bersumber dari scene musik Chicago pada tahun 1920-an. Pionir dari dixieland style meliputi gitaris Eddie Condon, saxophonist Bud Freeman, dan trumpeter Jimmy McPartland.
Gaya dixieland melibatkan improvisasi kolektif dalam chorus pertama, dengan para musisi masuk solo bersama riffing dari alat musik tiup, diikuti oleh closing ensemble, biasanya drummer memainkan 4-bar tag yang diakhiri oleh keseluruhan band. Tidak seperti gaya-gaya musik jazz yang lain, set lagu untuk musisi dixieland agak terbatas, namun menawarkan variasi yang tanpa akhir dalam model suara, dikembangkan sekitar 1910-an.
Seiring dengan berkembangnya ragtime, New Orleans jazz muncul dalam scene musik jazz selama 2 dekade pertama di abad 20. Dianggap sebagai suatu style jazz pertama, yaitu dari 1895 dengan musik Buddy Bolden, Kid Ory, dan Jelly Roll Morton di Storyville, New Orleans, sampai mendekati 1917. New Orleans jazz telah menjadi tidak fit untuk marching brass band. Ada dokumentasi New Orleans jazz pertama dari The Original Dixieland Jass Band di tahun 1917 sampai 1920-an, ketika teknologi rekaman telah berkembang.
Musik ini berkembang meliputi pemain trumpet dan cornet, seperti Joe Oliver dan Louis Armstrong, ditampilkan sebagai suatu gaya yang berorientasi terhadap ensemble, dengan pemain trumpet memainkan melodi, harmoni dan countermelodi datang dari pemain trombon dan/atau clarinet. Seksi rhythm berkembang menjadi suatu banjo ensemble, drum, tuba atau bass, dan piano. Secara keseluruhan, poin penting dalam New Orleans jazz adalah untuk menitikberatkan suatu ensemble daripada solo. Musik ini berlanjut melebarkan sayapnya selama era 1920-an, dan mulai disaingi oleh lahirnya musik swing yang akhirnya akan menggantikan jenis musik ini. Dixieland style, yang tumbuh beriringan, menjaga struktur dasar dari New Orleans jazz.
Era swing dan bigband
Duke Ellington Big Band Sekitar tahun 1920 dan awal tahun 1930, dansa filip merupakan dansa yang sangat populer di kala itu. Melodi yang mengiringi dansa ini harus lembut dan romantis, biasanya di iringi oleh sebuah orkestra. Orkestra tersebut di mainkan sesuai dengan apa yang dituliskan di suatu kertas dan penyanyinya harus menyanyikan dengan sangat lembut dan pelan (biasanya penyanyinya memakai suara tenor). Lalu music swing lambat laun meninggalkan orkestra string dan memilih untuk memakai yang lebih mudah, suatu aransemen yang lebih “seru” yang menghasilkan suara terompet dan instrumen yang memakai angin dan mengimprovisasi melodi.
Louis Armstrong menawarkan sudut pandang yang berbeda dalam sejarah swing, disiarkan secara mendunia oleh suatu acara di stasiun radio Bing Crosby. Crosby berkata, “kami memperkenalkan kepada anda seorang yang adalah master dari swing dan saya akan meminta tolong kepadanya untuk memberi penjelasan kepada anda tentang apa itu musik swing. Lalu beberapa saat louis menjelaskan, “ow, musik swing, ya kami semua menyebutnya ragtime, lalu blues, lalu jazz. Dan sekarang disebut swing.”
Pada tahun 1930an merupakan kelahiran musik swing. Efek yang baru ini lebih bagus dibandingkan pada tahun 1920an, tapi kalau ditanya mengenai musiknya, tentu membuat semua orang yang mendengarnya serasa ingin berdansa swing. Sebagian besar kelompok band yang beraliran jazz mengadopsi style ini di awal tahun 1930, tapi band yang bermain “manis” tetap menjadi band yang terpopuler di kalangan penari kulit putih sampai seseorang bernama Benny Goodman muncul di Ballroom Palomar pada bulan agustus 1955 dengan musiknya yang lebih “hot”.
Para penonton dari penari muda kulit putih sangat menyukai Ritme “hot” Goodman dan komposisi musik swingnya. Hot swing dan Boogie Woogie menjadi bentuk yang dominan dari musik amerika untuk sepuluh tahun ke depan. Lalu banyak bermunculan setelah swing ini menjadi populer. Sebagai contoh Bing Crosby dan Frank Sinatra memakai band swing untuk memberikan efek yang sangat bagus dalam musiknya dan tetap mempertahankan hal ini menjadi musik yang populer meskipun telah tiba saatnya era rock n roll.
Era Bebop
Miles DavisBebop adalah salah satu aliran music jazz yang mempunyai karakteristik unik berupa tempo yang sangat cepat dengan mengutamakan improvisasi pada struktur harmoni daripada improvisasi pada melodi. Musik bebop dikembangkan di pertengahan 1940an dan mulai dimainkan musisi terkenal dalam 2 tahun pertama di perang dunia II.
Pada era tahun 1940an, para penggemar jazz mulai meninggalkan music swing tahun 30an. Para musisi papan atas seperti Dizzy Gillespie, Bud Powell, Charlie Parker, dan Thelonious Monk yang sangat terinspirasi dari generasi sebelumnya seperti Art Tatum, Ear hines, Coleman Hawkins, Lester Young, dan juga Roy Eldridge.
Bebop menggambarkan perubahan drastis dari music jazz era swing dengan karakter yang sudah dijelaskan diatas, tempo cepat, phrase yang asimetrik, melodi yang penuh dengan intrik, dan ritme yang benar-benar diubah secara drastic. Bebop sering tampak sebagai music yang nervous dan sering terputus dan terbagi. Tapi bagi hampir semua pemusik jazz dan juga peminat jazz di seluruh dunia, era music bebop diakui sebagai revolusi music jazz yang paling menarik dan indah.
Kebebasan yang ditawarkan music bebop dalam struktur musiknya benar-benar menentang kaedah music swing yang lebih ke arah aransemen music untuk orchestra atau band. Dalam music bebop, anda akan menemukan banyak sekali improvisasi individual dalam permainan chord dan alat musiknya. Bahkan ketika para musisi jazz sudah terbawa music mereka, jazz bebop akan memberikan anda sebuah improvisasi yang bersifat spontan dimana para musisi bahkan mungking tidak akan bisa mengulang improvisasi mereka dari awal hingga akhir. Disini adalah perbedaan paling besar dari music bebop bila dibandingkan dengan music swing. Penambahan kompleksitas dari melody yang dimainkan juga merupakan tren baru yang terdapat dalam jazz era bebop.
Pada kebanyakan permainan jazz bebop, ada beberapa instrument yang lazim digunakan. Instrumen-instrumen tersebut adalah saxophone, terompet, drum, bass, dan juga piano. Format awal dari jazz bebop ini dipopulerkan pleh duet Charlie Parker dan Dizzy Gillespie pada tahun 1940an. Permainan grup yang digawangi oleh Charlie Parker dan Dizzy Gillespie juga sering sekali menambahkan saxophone, gitar, trombone, atau biola dalam komposisi jazz bebop mereka. Meskipun hanya menjadi salah satu dari aliran music jazz, hingga saat ini jazz bebop masih dimainkan di seluruh dunia. Ciri khas berupa substitusi harmoni yang sangat kompleks serta improvisasi yang sangat bebas menjadi kesukaan dari banyak musisi jazz. Dalam semua pendidikan jazz, aliran dari jazz bebop ini dapat menjadi salah satu alternative untuk mengekspresikan diri.
Musik Bebop paling baik dimainkan dalam format small-group; quartets dan quintets terbukti ideal dengan alasan ekonomis dan artistik. Musik ini berkembang di lingkungan klab-klab jazz perkotaan, dimana penonton lebih memilih datang untuk mendengarkan permainan solo ketimbang untuk berdansa diiringi lagu favorit mereka. Secara singkat, musisi bebop menjadikan jazz suatu bentuk seni yang tidak hanya ditujukan untuk rasa, namun juga kecerdasan intelektual.
Bintang-bintang jazz bermunculan di era bebop, diantara mereka adalah trumpeters Clifford Brown, Freddie Hubbard dan Miles Davis, saxophonists Dexter Gordon, Art Pepper, Johnny Griffin, Pepper Adams, Sonny Stitt dan John Coltrane, dan trombonist J.J. Johnson.
Di era 1950-an dan 1960-an, bebop mengalami beberapa mutasi : hard-bop, West Coast, cool-jazz dan soul jazz diantaranya. Format small-group dari bebop, yaitu satu hingga tiga horns, piano, bass dan drums, tetap menjadi standard combo instrumentasi jazz sampai hari ini
     Banyak yang beranggapan bahwa musik jazz adalah musiknya kaum elite dan mapan. Namun bila kita menegok ke akar jazz boleh dibilang justru bertolak belakang. Jazz adalah sebuah seni ekspresi dalam bentuk musik. Jazz disebut sebagai musik fundamental dalam hidup manusia dan cara mengevaluasi nilai-nilai tradisionalnya. Tradisi jazz berkembang dari gaya hidup masyarakat kulit hitam di Amerika yang tertindas. Awalnya, pengaruh dari tribal drums dan musik gospel, blues serta field hollers (teriakan peladang). Proses kelahirannya telah memperlihatkan bahwa musik jazz sangat berhubungan dengan pertahanan hidup dan ekspresi kehidupan manusia.

SEJARAH MUSIK JAZZ DI INDONESIA -1

Musik jazz masuk Indonesia pertama kali pada tahun 30an. Yang dibawa oleh musisi-musisi dari Filipina yang mencari pekerjaan di Jakarta dengan bermain musik. Bukan hanya mentransfer jazz saja, mereka juga memperkenalkan instrumen angin, seperti trumpet, saksofon, kepada penikmat musik Jakarta. Mereka memainkan jazz ritme Latin, seperti boleros, rhumba, samba dan lainnya.

Nama-nama musisi yang masih diingat adalah Soleano, Garcia, Pablo, Baial, Torio, Barnarto dan Samboyan. Selain bermain di Jakarta, seperti di Hotel Des Indes (sekarang Duta Merlin Plaza) dan Hotel Der Nederlander (jadi kantor pemerintahan), mereka juga bermain di kota lain, seperti di Hotel Savoy Homann – Bandung dan di Hotel Oranje (Yamato) – Surabaya.

Pada tahun 1948, sekitar 60 musisi Belanda datang ke Indonesia untuk membentuk orkestra simfoni yang berisi musisi lokal. Salah satu musisi Belanda yang terkenal adalah Jose Cleber. Studio Orkestra Jakarta milik Cleber mengakomodasi permainan musik California. Band-band baru bermunculan seperti The Progressive Trio, Iskandar’s Sextet dan Octet yang memainkan jazz dan The Old Timers yang memainkan repertoir Dixieland.

Pada tahun 1955, Bill Saragih membentuk kelompok Jazz Riders. Ia memainkan piano, vibes dan flute. Anggota lainnya adalah Didi Chia (piano), Paul Hutabarat (vokal), Herman Tobing (bass) dan Yuse (drum). Edisi selanjutnya beranggotakan Hanny Joseph (drum), Sutrisno (saksofon tenor), Thys Lopis (bass) dan Bob Tutupoly (vokal).

Sejarah dan Perkembangan Music Jazz di Kaum Remaja

Band jazz yang terkenal tahun 1945 – 1950 di Surabaya beranggotakan Jack Lemmers (dikenal sebagai Jack Lesmana, ayah Indra Lesmana) pada bass/gitar, Bubi Chen (piano), Teddy Chen, Jopy Chen (bass), Maryono (saksofon), Berges (piano), Oei Boen Leng (gitar), Didi Pattirane (gitar), Mario Diaz (drum) dan Benny Hainem (clarinet).

Nama-nama musisi jazz di Bandung tahun 50 – 60an adalah Eddy Karamoy (gitar), Joop Talahahu (saksofon tenor), Leo Massenggani, Benny Pablo, Dolf (saksofon), John Lepel (bass), Iskandar (gitar dan piano) dan Sadikin Zuchra (gitar dan piano).

Musisi-musisi muda di Jakarta bermunculan tahun 70 – 80an. Di antaranya Ireng Maulana (gitar), Perry Pattiselano (bass), Embong Raharjo (saksofon), Luluk Purwanto (biola), Oele Pattiselano (gitar), Jackie Pattiselano (drum), Benny Likumahuwa (trombon dan bass), Bambang Nugroho (piano), Elfa Secioria (piano). Beberapa musisi muda lainnya mempelajari rock dan fusion, tapi masih dalam kerangka jazz. Mereka adalah Yopie Item (gitar), Karim Suweileh (drum), Wimpy Tanasale (bass), Abadi Soesman (keyboard), Candra Darusman (keyboard), Joko WH (gitar) dan lainnya.

Pertengahan tahun 80an, nama Fariz RM muncul. Ia lebih mengkategorikan musiknya sebagai new age. Namun, beberapa komposisinya bernafaskan pop jazz, bahkan latin. Indra Lesmana, Donny Suhendra, Pra B. Dharma, Dwiki Darmawan, Gilang Ramadan membentuk Krakatau, dan akhirnya kelompok ini bertransformasi menjadi Java Jazz, dengan mengganti beberapa personil.

Tahun 90an hingga sekarang, banyak sekali musisi dan kelompok jazz yang terbentuk. Musik jazz yang dibawakan tidak lagi mainstream, namun hasil distilasi berbagai musik seperti fusion, acid, pop, rock dan lainnya. Sebut saja SimakDialog, Dewa Budjana, Balawan dan Batuan Ethnic Fusion, Bali Lounge, Andien, Syaharani, Tompi, Bertha, Maliq & D’essentials dan masih banyak lagi lainnya.

Musisi jazz biasanya banyak bermunculan di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Hal ini disebabkan arus musik jazz lebih banyak mengalir di sana lewat pertunjukan jazz (JakJazz, Java Jazz Festival, Bali Jazz Festival), sekolah musik jazz, studio rekaman dan kafe yang menampilkan jazz. Seorang yang juga berjasa “mengalirkan” arus jazz ke Indonesia adalah Peter F. Gontha, seorang pemilik JAMZ dan pendiri pemrakarsa Java Jazz Festival.

SEJARAH MUSIK JAZZ DI INDONESIA -2


Sejarah musik jazz di Indonesia kita awali dari banyaknya pendapat tentang sejarah lahirnya musik jazz di Indonesia. Menurut Sudibyo Pr, yang merupakan seseorang pecinta jazz, sejarah musik jazz di Indonesia lahir dari pemain jazz yang berasal dari Aceh. Ia juga menambahkan bahwa pemain jazz pertama kali adalah seorang tentara. Dan para pemain musik jazz itu dipanggil untuk menghibur para pejabat tinggi Belanda dan orang-orang Indonesia yang haknya disamakan oleh orang Belanda. Pendapat lain menyebutkan bahwa sejarah musik jazz di Indonesia bersamaan dengan merebaknya musik jazz di New Orleans, Amerika di tahun 1900-an. Dan di tahun 1920 tercatat ada band bernama Black & White yang di pimpin oleh musisi yang nasionalis bernama Wage Rudolf Supratman dan band tersebut terbentuk di kota Makassar. Di tahun 1930-an juga di jakarta lahir sebuah band beraliran jazz bernama Melody Makers yang dimotori oleh Jacob Sigarlaki. Pendapat lain tentang sejarah musik jazz di Indonesia adalah musik jazz di Indonesia pertama kali dimainkan di tahun 1922. di tahun tersebut, terdapat seorang pemain saksofon dari Belanda yang datang ke Indonesia membawa teman-temannya dan membentuk sebuah band yang beraliran musik jazz.

Terlepas dari hal itu sejarah musik jazz di Indonesia kemudian berkembang, di tahun 1940-an lahir grup band beraliran musik jazz bernama Jolly Strings yang dibentuk oleh Hein Turangan di Jakarta. Di tahun 1940-an juga muncul seorang kritikus jazz bernama Harry Liem yang aktif menulis di koran Jazz Wereld. Namun, setelah Perang Dunia II, Harry Liem pindah ke Amerika dan karir sebagai penulis jazz pun ia teruskan disana. Sejarah musik jazz di Indonesia kemudian berlanjut di tahun 1950-an, di tahun tersebut ada seorang pemain piano yang bernama Nick Marnahit, ia merilis sebuah album berjudul “Sarinande”. Saat itu Nick didukung oleh Bart Risakotta seorang pemain drum dan Jim Espehana seorang pemain bass.

Sejarah Musik Jazz Di Indonesia Tahun 60-an
Sejarah dan Perkembangan Music Jazz di Kaum Remaja

Sejarah musik jazz di Indonesia kemudian masuk ke tahun 1960-an, di tahun 1960-an muncul nama Billy Saragih, yang kemudian Billy Saragih dikenal lewat kelompok The Jazz Raiders, awalnya grup ini dibentuk oleh Didi Pattirane, namun setelah Didi Pattirane keluar grup musik ini kemudian diteruskan oleh Didi Tija dan Billy Saragih. Sejarah musik jazz di Indonesia pada tahun 1960-an sedikit pasang surut karena terjadi pergolakan politik yang kemudian mempengaruhi perkembangan musik jazz di Indonesia. Para musisi jazz memainkan musik jazz secara sembunyi-sembunyi karena musisi dan penggemar musik jazz saat itu dituduh sebagai antek imperialis.

Setelah tuduhan itu, dalam sejarah musik jazz di Indonesia, di tahun 1967 muncul grup musik jazz bernama Indonesia All Stars dan membuat kejutan untuk pecinta musik jazz dunia karena berhasil tampil di ajang “Berlin Jazz Festival”. Saat itu Indonesia All Stars berlatih dengan susah payah dan dengan segala keterbatasan. Grup ini terdiri dari Bubi Chen (piano), Jopie Chen (bass), Jack Lesmana (gitar), Benny Mustapha Van Diest (drum) dan juga Maryono (saksofon). Lagu-lagu yang mereka suguhkan disebut sebagai “jazz ala Indonesia”, mereka mampu untuk membawakan lagu “Djanger Bali” dan “Ku Lama Menanti” yang apabila disingkat menjadi KLM, dan ini menjadi “ucapan penghargaan dan terima kasih” atas dukungan perusahaan penerbangan Belanda, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij atau disingkat KLM yang memfasilitasi keberangkatan Indonesia All Stars. Dalam sejarah musik jazz di Indonesia, Bubi Chen dalam ajang “Berlin Jazz Festival” tersebut mendapatkan respon yang positif dari para penulis jazz internasional, kemudian ia disebut sebagai pianis jazz terbaik di Asia dan mendapat julukan sebagai “Art Tatum Of Asia”. Art Tatum sendiri merupakan seorang pianis jazz terbesar yang meninggal di tahun 1956, setelah mengeluarkan 13 album solo.

Sejarah Musik Jazz Di Indonesia Tahun 70-an

Sejarah musik jazz di Indonesia memasuki tahun 1970-an, di tahun 70-an musik jazz Indonesia semakin marak dan mulai beraktifitas di beberapa kota besar. Seperti Jack Lesmana yang didukung oleh istrinya, Nien Lesmana, menggelar beberapa panggung musik jazz, terutama di areal Taman Ismail Marzuki dan juga di layar kaca TVRI. Dalam sejarah musik jazz di Indonesia, di tahun 1976 tedapat acara yang berjudul Jazz Masa Dulu dan Kini, disana muncul musisi belia yang bermain piano di atas pangkuan Broery Marantika. Dia merupakan musikus masa depan yang bernama Indra Lesamana. Di tahun itu juga, Jack Lesmana memperkenalkan kakak-beradik yang disebut-sebut sebagai musisi jazz berbakat dari Surabaya, Oele dan Pattiselanno. Pementasan Jazz Masa Lalu dan Kini tersebut kemudian direkam dan dirilis ke publik, dan ini merupakan rekaman live pertama di Indonesia. Dalam rekaman tersebut tampil para musisi seperti Bubi Chen, Benny Likumahuwa, Didi Tija, Benny Mustapha, Abadi Soesman, Margi Segers, Rien Djamain, Droery Marantika dan lain-lain.

Sejarah musik jazz di Indonesia berlanjut di tahun 1977, dimana Pramaqua merislis album bersama Jopie Item dan Idris Sardi, dan juga didukung oleh beberapa musisi lainnya seperti Karim Suweilah (dums), Abadi Soesman (drums), dan Wempy Tanasasle (bass). Album ini memperlihatkan duet permainan bioala Idris Sardi dengan Gitar Jopie Item. Dalam sejarah musik jazz di Indonesia, Jopie Item muncul di tahun 1970-an sebagai generasi lanjutan musik Jazz di Indonesia. Dia juga memiliki grup yang cukup terkenal bernama Jopie Item Combo.

Sejarah musik jazz di Indonesia kemudian berlanjut di tahun 1970-an juga berdiri kafe yang menjadi salah satu tempat terpenting dalam pergerakan jazz di tahun 80-an. Nama kafe tersebut adalah Green Pub terletak di pusat kota Jakarta. Dalam sejarah musik jazz di Indonesia di akhir tahun 70-an, muncul pergerakan musik jazz di kampus-kampus. Dan yang paling menonjol di Universitas Indonesia, muncul nama Chandra Darusman yang memiliki kelompok vokal bernama Chaseiro.

Sejarah musik jazz di Indonesia berlanjut. Di akhir 1970-an juga muncul musisi muda lainnya, seperti Fariz RM, Fariz merilis album jazz bernuansa rock di tahun 1978 berjudul “Sakura”. Di nakhir 70-an juga muncul penyanyi-penyanyi yang aktif di lingkungan kafe menyanyikan lagu-lagu yang bertema jazz-pop seperti Hemi Pasolima, Henry Manuputty, Utha Likumahuwa, Ria Likumahuwa dan masih banyak lagi.
Sejarah dan Perkembangan Music Jazz di Kaum Remaja

Sejarah Musik Jazz Di Indonesia Tahun 80-an

Sejarah musik jazz Di indonesia di tahun 80-an muncul beberapa pelopor acara-acara musik jazz ternama, seperti “Jazz To Campus”, yang sudah menjadi agenda rutin setiap tahun di kampus UI, di tahun 1988 juga pernah ada acara jazz terbesar yaitu Jakarta Internasional Jazz Festival atau lebih dikenal dengan nama Jak Jazz. Dan mungkin sekarang lebih dikenal dengan nama Java Jazz Festival.

Dalam sejarah musik jazz di Indoneisa, di tahun 2000-an musik jazz Indonesia semakain berkembang, muncul beberapa nama musisi dengan format musik jazz yang sukses secara komersial. Sebut saja Bali Lounge, Maliq and D’Essentials, Rieka Roeslan dan masih banyak lagi. Dan yang tak boleh dilupakan adalah munculnya gitaris asal Bali bernama Balawan, yang sukses baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Pengaruh musik jazz di kalangan remaja memang kurang semarak dibandingkan musik yang lain. Hampir sama dengan musik klasik, jazz dianggap sebagai musik yang sulit diterima oleh mereka. Sebagian besar remaja ingin mencari dan mendengarkan musik yang mewakili kepribadian. Contohnya, jazz dianggap “tua” dan memusingkan, sedangkan Hip Metal dianggap lebih funky dan keren. LimpBizkit pun jadi lebih dikenal dibandingkan Miles Davis lumrah terjadi karena musik pop, acid jazz, soul dan rock lebih dominan beredar di lingkungan masyarakat. Namun ada satu hal yang menarik perhatian saya, bahwa sebenarnya mereka memiliki keinginan untuk mendengarkan dan mempelajari jazz tetapi tidak bisa “menterjemahkannya”. Mereka lebih bisa menyimak lirik untuk menjiwai daripada mendengar serangkaian not yang bercerita.

Sejarah dan Perkembangan Music Jazz di Kaum Remaja

Seringkali terdengar senandung lagu Reborn dan Aku Ingin ciptaan Indra Lesmana di kantin atau di kelas, bahkan beberapa teman yang awalnya tidak suka jazz berujar ternyata jazz itu bisa funky juga. Pengaruh media massa untuk menciptakan apresiasi di kalangan remaja sangatlah besar karena sesuatu yang baru selalu berintegrasi dengan kehidupan sehari-hari mereka yang dinamis. Ketidaktahuan remaja terhadap musik jazz maupun klasik bukan berarti karena mereka bodoh, tetapi sesungguhnya mereka tidak pernah tahu bagaimana musik jazz dan klasik itu. Waktu yang mereka habiskan bukan untuk berleha-leha di kamar dan mendegarkan komposisi semacam itu namun di depan televisi dan melakukan berbagai kegiatan lainnya. Itulah saat-saat terbaik untuk memberikan informasi kepada mereka.
Upaya lain untuk memasyarakatkan jazz di kalangan remaja selain media massa adalah melalui tempat kursus musik. Bukan berarti setiap anak HARUS bisa main atau menjadi musisi jazz, tapi pengenalan berbagai jenis musik penting untuk pengetahuan dan penghargaan terhadap jenis musik lainnya. Diskusi antara saya dan teman-teman yang sering dibahas adalah perbedaan mempelajari jazz, klasik dan blues, cara menyimak lagu tanpa lirik, arti dan maksud dan cara improvisasi karena selama ini mereka hanya mendengarkan dan mengkopi permainan orang lain, mereka tidak mengerti fungsi musik sebagai komunikasi sama halnya dengan bahasa. Dan ketika mereka tahu bahwa drummer band Anu (terkenal) ternyata seorang musisi jazz juga, mampu menjadi penyebab keingintahuan (mereka) seperti apa jazz itu. Informasi seperti inilah yang dicari remaja. Mereka tidak pernah menganggap rendah musik apapun juga. Bahkan mereka cukup selektif dan kritis dalam menilai musik. Sayangnya begitu jarang media massa yang menayangkan serta mengulas tentang musik dan filosofinya, akibatnya remaja kurang memiliki kekayaan dalam pengetahuan mereka.
Remaja dan jazz memang tidak akrab namun selalu berusaha untuk saling mengenal. Media massa memiliki aplikasi yang baik untuk menyalurkan dan memenuhi keingintahuan remaja. Seperti guru menyampaikan ilmu yang baik untuk muridnya, diharapkan media massa memiliki visi yang serupa. Banyak hal-hal menarik berkaitan dengan jazz yang bisa dinikmati remaja. Jazz bukan berarti tidak up to date, justru jazz adalah musik revolusioner yang selalu megikuti perkembangan jaman karena inprovisasinya selalu berubah dan berkembang sepanjang waktu. Hal ini baik pula untuk penyaluran ekspresi remaja yang kreatif dan inovatif. Salah satu bukti keingintahuan remaja terhadap musik jazz meningkat adalah mulai bermunculannya band-band muda yang memainkan musik jazz (mainstream). Siapa bilang jazz itu musiknya orang tua…

No comments:

Post a Comment